Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Begini Nasib CEO Bukalapak Sebelum Suskes

Orang-orang hebat dan sukses di dunia ini tak lepas dari kisah-kisah yang dramatis sebelum mencapai kesuksesannya. Kegagalan, keprutasian atau bahkan ditipu teman menjadi kisah manis ketika mereka mencapai keberhasilan.

Salah satu yang kita kupas kali ini, kisah menarik dari CEO Bukalapak, Achmad Zaki. Pria asal Sragen dengan gaya santai tersebut awalnya bukanlah siapa-siapa. Ia hanya seorang anak desa yang saat hidup bersama orang tuanya sempat tidak mengalami listrik PLN waktu kecil. Hidup di kampung membuatnya sangat jauh dengan capain yang diraihnya saat ini. Sepintas mustahil atau tak mungkin.

Zaky menyebutkan,  sekolah SD dan smp di Saragen, masuk SMA di Solo. Lalu masuk pergurun tinggi Institute Teknologi Bandung (ITB),  sebuah perguruan tinggi yang masuk pada 10 terbaik di Indonesia. Namun demikian, sejak SMA cita-cita Achmad Zaky berbeda dengan pemuda sekelasnya. Cita-citanya sebagai entrepreneur atau pengusaha identik dengan sebuah kegagalan atau kerja keras banting tulang. Berbekal stigma demikian, ia merintis bisnis sejak di bangku kuliah.
Usaha yang dirintisnya, jualan mia ayam usai kuliah. Lagi-lagi, keputusan Achmad Zaky ini mendapat cibiran. Stigma Sebagai pengusah akan bangkrut tidak terbantahkan Achmad Zaky. Beberapa bulan berjualan Mie Ayam, ia tidak bisa melanjutkan. Roda usahanya terhenti di tengah jalan karena tidak memperoleh hasil yang diharapkan.

Bukalapak Dimulai dari Kegalauan
Setelah lulus kuliah di ITB Achmad Zaky mengalami kegalauan yang luar biasa. Bagaimana tidak, kesan lulusan ITB mudha mencari kerja di perusahaan-perusahaan besar. Sementara dia masih begitu-begitu saja. Pernah mengajukan lamaran kerja, namun tidak ada yangg menerimanya. Ia pun mencoba kembali peruntukan dengan skill membuat web dan sejensinya, sebagai modal awal. Dari situlah mulai terpikir bagaimana membuat Bukalapak seperti yang kita kenal saat ini.  Ia pun menawarkan gagasan tersebut kepada rekan-rekannya. Hanya satu oang temannya “terbujuk rayunya”, orang itu merupakan sahabatnya di SMA dulu.

Zakypun membuat web Bukalapak. Berbulan-bulan web dibangun kemudian dilaunching ke publik. Apa yang terjadi? Web yang dia bikin itu sepi pengunjung, alias tidak ada yang mau pasang produk di market placenya itu.
Ia mulai berfikir keras bagaimana mendatangkan pengguna Bukapalak. Ia pun langsung door to door, mendatangi para pemilik ritel untuk mamajang produk di Bukalapak. Selain itu, kirim email ke berbagai perusahaan yang hasilnya lagi-lagi masih tidak sesuai yang diharapkan.

Mungkin bagi starp up yang memiliki modal awal, rasanya akan mudah membuat iklan dengan sejumha budget. Akan tetapi saat itu Achmad Zaky tidak memiliki dana untuk iklan.  Langkah yang dia tempuh, melakuman promosi secara manual salah satunya melalui Facebook.

Setiap hari dia behasil melakukan massage via inbox Facebook kepada 500 akun Dua tahun lamanya, Ahmad Zaki melakukan itu tanpa henti. Dari sinilah Bukalapak mulai mendapat pengunjung. Perlahan dan pasti, setiap hari makin bertambah seiring berjalanya waktu serta promosi tanpa henti. 
Singkat cerita, upaya Achmad Zaki dan rekan-rakan membuahkan hasil. Mulai tahun 2014 Bukalapak mendapat suntikan dana dari investor mencapai ratusan miliar rupiah dari seri B dari Group (PT) Elang Mahkota Teknologi Tbk.

Dengan suntikan dana dan kerja keras awak Bukalapak, pada tahun 2016 Bukalapak menghasilkan transaksi harian mencapai Rp50 miliar. Bahkan untuk hari-hari tertentu sepeti program Harbolnas transaksi bisa menembus angka  Rp300 miliar. Di tahun yang sama, fageview Bukalapak mencapai 13,4 miliar dengan 1,3 juta pelapak.

Jurus Kita Bisa
Salah satu ppint penting dari kerja keras Achmad Zaky dalam membangun usaha Bukalapak hingga sukses, filosofi “kita bisa”. Meurutnya meskipun secara perhitungan tidak akan bisa, yakinkan dalam diri bahwa hal yang akan dicapai itu “akan bisa” dilakukan.


Faktanya, Bukalapak yang semula dirintis dari kamar kosk-kosan ukuran 4X4 M2 kini mampu menemukan pasarnya tersendiri hingga terkenal seantero Indonesai bahkan luar negeri. Nama Bukalapak begitu meng-Indonesia mengingatkan kita pada lapak-lapak pedagang kaki lima di emper pertokoan yang menjual barang secara ritel. Sumber: http://bit.ly/2xfbLe3 

3 komentar untuk "Begini Nasib CEO Bukalapak Sebelum Suskes"

michele wijaya 22 Oktober 2018 pukul 23.35 Hapus Komentar
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Debi 10 April 2019 pukul 16.07 Hapus Komentar
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Detik Trade . Emily 17 Mei 2019 pukul 22.21 Hapus Komentar
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.